Sebagai Muslimah, kita memiliki peran istimewa dalam menyebarkan cahaya ilmu dan iman. Literasi—kemampuan membaca, menulis, dan memahami—bukan hanya keterampilan duniawi, tetapi juga sarana emas untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi teladan bagi keluarga. Dari wahyu Al-Qur’an yang pertama hingga riwayat sahabat yang tekun belajar, Islam menempatkan literasi sebagai jalan utama membangun peradaban iman. Yuk, kita dalami bersama makna dan keutamaannya!
Foto by: Muhammad Umair
1. Wahyu Pertama: “Iqra” (Bacalah!) – Fondasi Literasi dalam Islam
Perintah pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah “Iqra!” — bacalah—mengingatkan kita bahwa membaca adalah gerbang pertama menuju ilmu dan iman.
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ. ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ. ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ. عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Surah Al Alaq: 1 – 5 )
2. Menuntut Ilmu: Kewajiban bagi Setiap Muslim
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan—dan literasi adalah dasar yang memampukan hal itu.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majahno. 224)
3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an: Pahala Berlipat dan Syafaat
Aktivitas membaca Al-Qur’an adalah ibadah luar biasa, dengan pahala berlipat dan peluang mendapat syafaat di akhirat.
{الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).
Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
4. Literasi sebagai Pilar Peradaban Islam
Islam mengangkat membaca dan menulis sebagai ibadah dan kunci perkembangan peradaban. Sejarah membuktikan, sebagian besar ilmu agama dan umum tercatat dan diwariskan melalui literasi.
Rajin membaca dan belajar adalah ciri dan kebiasaan baik seorang mukmin. Bukankah ayat pertama yang turun adalah “iqra’” yaitu perintah membaca? Orang yang paham akan pentingnya membaca akan merasakan lezatnya ilmu dan membaca adalah suatu kebutuhan primer baginya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
ولا ريب أن لذة العلم أعظم اللذات، و اللذة التي تبقى بعد الموت وتنفع في الآخرة هي لذة العلم بالله والعمل له وهو الإيمان به
“Tidak diragukan lagi bahwasanya kelezatan ilmu itu adalah sebesar-besarnya kelezatan, dan kelezatan yang akan tetap ada setelah meninggal dan akan bermanfaat di akhirat ialah kelezatan ilmu kepada Allah dan beramal dengannya dan dia beriman kepadanya.” (Majmu’ Al-Fatawa 14/162)
Di antara ulama yang terkenal rajin membaca di zaman ini adalah syaikh Al-Albani rahimahullah, beliau membaca sehari bisa sampai 12 jam. Berikut kisah beliau membaca di atas tangga selama 6 jam karena sedang berlezat-lezat dengan ilmu. Berikut kisahnya,
يقول أحد تلامذة الشيخ ويقول:
ومما يدل على صبره وجلده في طلب العلم… أن الشيخ ناصر صعد على السلم في المكتبة الظاهرية ليأخذ كتابًا مخطوطًا، فتناول الكتاب وفتحه، فبقي واقفًا على السلم يقرأ في الكتاب لمدة تزيد على الست ساعات
Salah satu murid syaikh Al-Albani berkata,
“Di antara yang menunjukkan kesabaran dan kegigihan beliau (syaikh Al-Albani) dalam menuntu ilmu..
Syaikh naik ke tangga di perpustakaan Dzahiriyah untuk mengambil kitab manuskrip. Beliau mengambil kitab tersebut dan membukanya, beliau tetap berdiri di atas tangga membaca kitab tersebut lebih dari 6 jam” (Maqaalaat Al-Albani)
Baca juga Krisis Literasi di Indonesia
5. Secercah Kisah: Literasi Muslimah dalam Sejarah
Sahabat seperti Hafshah binti Umar radhiyallahu ‘anha termasuk salah satu yang terdepan dalam menulis Mushaf, menegaskan literasi bukan hanya urusan kaum lelaki, tetapi juga Muslimah berkontribusi nyata.
Hafshah dikenal sangat cerdas karena ia diajarkan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai ia mahir dalam kitabah (penulisan) karena diajarkan oleh Asy-Syifa’ binti ‘Abdillah.
Di antara bukti kecerdasan Hafshah pula dapat dilihat dari peristiwa berikut. Hafshah pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Aku berharap tidak ada seorang pun yang masuk neraka dengan kehendak Allah bagi yang menghadiri perang Badar dan menghadiri Hudaibiyah.” Kalimat tersebut terasa aneh oleh Hafshah karena seolah-olah bertentangan dengan ayat,
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚكَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS. Maryam: 71) [Di antara tafsiran ayat ini adalah orang beriman akan melewati shirath pada hari kiamat yang dibentangkan di atas neraka, pen.]. Hafshah membacakan ayat ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat kepada Hafshah,
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72). Akhirnya Hafshah memahami apa yang dimaksud dengan ayat tersebut. (HR. Ibnu Majah, no. 3473. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
6. Manfaat Literasi Mendalam: Selain Ilmu, Juga Implikasi Sosial & Spiritual
Lebih dari sekadar membaca dan menulis, literasi dalam Islam adalah tentang memahami makna, merenungi hikmah, dan mengamalkan nilai-nilai suci dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi seorang Muslimah, literasi bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga jembatan untuk semakin dekat dengan Allah. Membaca berarti membuka pintu ilmu, merenung berarti menghidupkan hati, dan menulis berarti meninggalkan jejak kebaikan.
Dengan membiasakan diri membaca dan belajar, seorang Muslimah akan menjadi pribadi yang lebih cerdas, lebih sabar, lebih bijak, dan lebih luas wawasan . Literasi menjadikan kita mampu memperbaiki kualitas hidup, mendidik keluarga dengan penuh hikmah, serta menguatkan iman dan akhlak di tengah masyarakat.
Baca juga: 2 Cara Nabi ﷺ Mendidik Anak
Kesimpulan
-
Literasi adalah pintu utama menuju ilmu, iman, dan peradaban.
-
Muslimah memiliki peran vital: dari mengenalkan anak pada baca-tulis hingga memperkuat budaya ilmu dalam keluarga.
-
Tugas mulia ini didukung oleh perintah Al-Qur’an dan hadits shahih.
-
Dengan literasi, kita mendekat pada Allah, memperkaya keluarga, dan melanjutkan jejak para sahabat dan ulama.
Semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat bagi setiap Muslimah untuk terus menumbuhkan cinta pada membaca, menulis, dan memahami ilmu. Karena sejatinya, literasi bukan sekadar bekal dunia, tetapi juga jalan menuju ridha Allah dan kebahagiaan akhirat. Mari kita mulai dari langkah kecil: membaca Al-Qur’an setiap hari, menuliskan hikmah dalam catatan, lalu mengamalkannya dalam keseharian. InsyaAllah, dengan itu kita tidak hanya menjadi Muslimah pembelajar, tapi juga teladan bagi keluarga dan masyarakat. 🌷
Bogor, 06 September 2025
Ummu Harits
Referensi
-
M. Saifudin Hakim. (8 November 2013). Setiap Muslim Wajib Mempelajari Ilmu Agama. Diakses dari Muslim.or.id Muslim.or.id
-
Ahmad Zainuddin, Lc. (16 Maret 2012). Keutamaan Membaca Al Qur’an. Diakses dari Muslim.or.id Muslim.or.id
-
Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK. (2 Mei 2019). Bahaya Kebiasaan: Banyak Komentar, Malas Membaca. Diakses dari Muslim.or.id Muslim.or.id
-
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. (20 September 2018). Istri Nabi, Hafshah binti Umar. Diakses dari Rumaysho.com rumaysho.com