Di tengah arus digital yang deras dan budaya baca yang kian memudar, sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkan kembali semangat literasi di kalangan pelajar. Membaca tidak lagi cukup hanya diajarkan sebagai keterampilan dasar, tetapi harus dikembangkan sebagai budaya yang menyenangkan dan relevan dengan dunia anak-anak dan pemuda masa kini.
Salah satu strategi kreatif yang kini mulai dilirik adalah membentuk Klub Literasi dan memanfaatkan media sosial melalui Bookstagram. Dua wadah ini tak hanya menjadi sarana berbagi kecintaan terhadap buku, tapi juga membentuk karakter siswa yang gemar membaca, berpikir kritis, serta mampu mengekspresikan gagasan secara positif.
Melalui artikel ini, kita akan menggali ide, langkah praktis, dan panduan membentuk klub literasi dan bookstagram di sekolah, lengkap dengan peran guru sebagai fasilitator gerakan literasi yang hidup, kekinian, dan berdampak. Baca juga Krisis Literasi di Indonesia
Apa Itu Klub Literasi?
Klub Literasi adalah komunitas kecil di sekolah yang beranggotakan siswa-siswi yang gemar membaca, menulis, berdiskusi, dan berbagi wawasan seputar buku atau karya sastra. Kegiatan klub ini bisa berupa:
-
Resensi buku bersama
-
Diskusi buku bulanan
-
Menulis cerpen atau puisi
-
Bedah buku
-
Undang penulis lokal
Klub ini tidak hanya memperkaya literasi siswa, tapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis, empati, komunikasi, dan kolaborasi—kompetensi abad 21 yang penting.
Apa Itu Bookstagram?
Bookstagram adalah gabungan kata book dan Instagram—akun Instagram yang fokus membagikan konten seputar buku, kutipan, dan kegiatan membaca. Siswa bisa membuat akun bersama, lalu:
-
Mengunggah ulasan buku
-
Membagikan foto estetik buku favorit
-
Menulis kutipan inspiratif
-
Mengulas penulis Muslim atau tokoh perempuan inspiratif
-
Membuat konten reels literasi kreatif
Bookstagram membangun literasi digital yang positif, dan menjadikan kegiatan membaca terasa menyenangkan dan eksis di mata remaja.
Panduan Praktis untuk Guru
Berikut langkah-langkah membentuk Klub Literasi dan Bookstagram di sekolah:
1. Rekrutmen Anggota
-
Mulai dengan kelompok kecil yang antusias.
-
Bisa dibentuk dari ekstrakurikuler, kelas Bahasa Indonesia, atau kelas diniyah.
2. Pilih Pembimbing dan Mentor
-
Guru Bahasa Indonesia, PAI, atau pustakawan bisa menjadi pembimbing.
-
Libatkan alumni atau penulis lokal sebagai mentor tamu.
3. Tentukan Jadwal dan Tema
-
Pertemuan rutin (2 minggu sekali atau bulanan).
-
Tema-tema buku bisa disesuaikan: Islami, puisi, biografi tokoh Muslimah, dll.
4. Kolaborasi dengan Perpustakaan
-
Ajak perpustakaan menyediakan rak khusus untuk Klub Literasi.
-
Buat challenge membaca dengan reward menarik.
5. Aktifkan Media Sosial (Bookstagram)
-
Buat akun resmi, kelola bersama.
-
Dorong siswa membuat konten positif dan visual menarik.
-
Gunakan tagar seperti #BacaBukuYuk, #LiterasiMuslimah, #SekolahMembaca.
6. Tampilkan Karya Siswa
-
Buat majalah dinding literasi.
-
Cetak kumpulan cerpen/puisi siswa.
-
Adakan festival literasi tahunan.
Penutup
Klub Literasi dan Bookstagram bukan sekadar aktivitas tambahan, tapi strategi nyata membangun budaya membaca dan menulis yang hidup, kontekstual, dan menyenangkan. Dengan dukungan guru dan ekosistem sekolah yang suportif, gerakan literasi ini bisa mencetak generasi pembelajar yang berpikir kritis, berakhlak, dan mencintai ilmu.
Islam telah menegaskan pentingnya ilmu dan membaca dalam banyak ayat. Salah satunya dalam Surah Az-Zumar ayat 9:
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
“… Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Baca di sini
Gerakan literasi adalah upaya menghidupkan semangat menuntut ilmu yang menjadi ciri utama peradaban Islam. membaca, menulis, dan berpikir adalah jalan menuju perbaikan diri dan masyarakat yang berlandaskan iman dan ilmu.
Bogor, 27 Juli 2025
Ummu Harits