2 Cara Nabi ﷺ Mendidik Anak

2 Cara Nabi ﷺ Mendidik Anak

Saat berbicara tentang metode pembelajaran, kita sering merujuk pada teori para pemikir Barat, padahal Rasulullah ﷺ telah memberi teladan terbaik dalam mendidik generasi nubuwwah—para sahabat mulia seperti Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan.

Metode tarbiyah Islamiyah yang beliau terapkan sangat relevan dan mudah diterapkan. Metode tersebut terbukti mampu membentuk pribadi tangguh dan diridhai Allah.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas dua metode pendidikan Rasulullah ﷺ: melontarkan pertanyaan pemantik dan mendidik melalui perumpamaan.

Melontarkan Pertanyaan Pematik

Saat kita sedang berbicara di hadapan siswa kita, cara apa yang hendak kita lakukan agar mereka tertarik pada pembicaraan kita? Apakah kita mengomentari topik pembicaraan terlebih dahulu? Ataukah langsung masuk ke dalam tema pembicaraan? Atau memilih langkah lain? Sementara itu, ada semacam teori yang menekankan bahwa kemampuan kita menarik minat merupakan modal dasar keberhasilan mentransfer ide kepada orang lain.

Sebagai gambaran, mari kita cermati hadits – hadits berikut ini:

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya:

 أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟

“Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”

(Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, juz pertama, hadits no. 87)

أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“ Relakah kalian bila menjadi seperempat penduduk surga?”

(HR.Muslim no. 325)

أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟

“Apakah kalian tahu, ke mana matahari ini pergi?”

( HR. Muslim no.228)

Dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik, Rasulullah ﷺ mampu membangkitkan ide dan semangat berpikir umatnya. Metode ini terbukti efektif menarik minat, dan kini banyak digunakan dalam dunia pendidikan modern—meski baru populer sekitar dua dekade terakhir. Sebelumnya, pendidikan cenderung bersifat satu arah, tanpa strategi yang menggugah pemikiran.

Minat sendiri tumbuh saat potensi anak diarahkan pada bidang tertentu, baik melalui dorongan internal maupun pengaruh eksternal. Ketika seseorang fokus pada suatu objek yang memikat perasaannya, objek itu akan menempati ruang utama dalam pikirannya, sementara hal lain hanya menjadi latar.

Nilai-nilai Tarbiyyah dari Pertanyaan Pemantik

  1. Memfokuskan Diskusi
    Pertanyaan pemantik membantu membatasi topik, sehingga diskusi menjadi lebih terarah dan pendengar lebih tertarik.

  2. Membangkitkan Tantangan dan Minat
    Anak merasa tertantang untuk menjawab, sehingga berpikir aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran. Ini menciptakan interaksi dua arah antara guru dan murid.

  3. Menanamkan Ide Lebih Dalam
    Pertanyaan seperti “Tahukah kamu apa itu ghibah?” lebih menggugah rasa ingin tahu daripada pernyataan langsung. Cara ini lebih efektif dalam menanamkan nilai.

  4. Mencapai Tujuan Pembelajaran
    Pertanyaan dapat menyentuh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Contohnya, pertanyaan Rasulullah ﷺ tentang matahari menumbuhkan keingintahuan dan semangat belajar.

  5. Membantu Memahami dan Mengingat Materi
    Dengan memicu rasa ingin tahu, pertanyaan membuat siswa lebih mudah memahami dan mengingat isi pelajaran.

Mendidik Melalui Perumpamaan

Rasulullah ﷺ dikenal dengan akhlak mulia dan kefasihan berbicara.
Beliau menyampaikan ajaran dengan kalimat sederhana namun indah, sering menggunakan perumpamaan yang jelas dan bermakna—bukan sekadar basa-basi.

Al-Qur’an pun penuh perumpamaan indah, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 171, yang bertujuan memperjelas makna dan menyentuh hati pendengarnya.

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ كَمَثَلِ ٱلَّذِى يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَآءً وَنِدَآءً ۚ صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

“Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” Baca di sini

Allah menggambarkan seruan kepada kaum kafir seperti penggembala yang memanggil hewan ternak—hanya terdengar suara tanpa dipahami. Perumpamaan seperti ini membuat pesan lebih jelas dan menarik.

Dalam pendidikan, perumpamaan membantu:

  1. Memberi ilustrasi yang mudah dipahami,

  2. Memotivasi munculnya ide,

  3. Menarik minat lewat pesan positif atau peringatan,

  4. Menggugah potensi dan minat anak,

  5. Melatih berpikir kritis.

Metode ini efektif karena menyampaikan makna secara indah dan mengena.

Baca Juga Mendidik Melalui Perumpamaan

Dalam hadits riwayat Muslim no. 2811, Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah ﷺ pernah meminta para sahabat menyebutkan pohon yang mirip dengan seorang mukmin. Para sahabat menyebut pohon-pohon gurun, sementara Ibnu Umar menduga jawabannya pohon kurma, namun ia enggan bicara karena masih muda. Setelah semua diam, Rasulullah ﷺ pun menyatakan, “Itu adalah pohon kurma.”

Pohon kurma melambangkan seorang mukmin: memiliki pasangan, hanya berbuah bila dikawinkan, berakar kuat, dan batangnya menjulang. Iman seorang mukmin pun demikian—kokoh di hati, dan menjulang dalam amal.

Kurma juga dikenal tahan terhadap panas, angin, dan kekeringan—seperti mukmin yang sabar dalam menghadapi ujian dan fitnah, sebagaimana keteguhan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Metode perumpamaan seperti ini sangat efektif dalam pembelajaran. Ia mengajak siswa berpikir kritis, menyampaikan ide, dan menganalisis fenomena kehidupan. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam mendidik—beliau membentuk sahabat menjadi generasi tangguh dan penuh hikmah.

Daftar Pustaka

1) Al Qur’anul Karim

2) Barakat,Muhammad Khalifah, ‘Ilmu An Nafsi At Ta’limi’, Kuwait: darul Qalam.

3) Harun, Abdus Salam, ‘ Tahdzib Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam’, Jakarta: Darul Haq,2003.

4) Al ‘Amir, Najib Khalid, ‘ Tarbiyah Rasulullah’, Jakarta: Gema Insani,1994.